Selasa, 22 April 2014

Baby Blues Syndrome


Duduk jongkok sambil ngayun2 bayi, ngalamun, dan mrembes mili air matanya dengan muka memelas, hampir mirip dengan kisah Mae di film Get Married yang sedang mengalami baby blues syndrome, bedanya Mae nangisnya kenceng dan anaknya kembar 3. Pasca melahirkan Hamzah, aku sering mengalami gejala-gejala baby blues syndrom seperti yang ada di artikel ini :

  • Rasa sedih dan depresi memenuhi perasaan ibu hingga menyebabkan ibu sering menangis
  • Emosi sangat labil, mudah marah, gampang tersinggung dan sering hilang rasa sabarnya.
  • Kerap kali ibu merasa kelelahan dan sering dihinggapi sakit kepala
  • Sering merasa kurang percaya diri
  • Sering mengalami rasa cemas
  • Mengalami kesulitan dalam berisitirahat atau susah tidur
  • Sering mengalami rasa takut akan berbagai hal





Yang paling kentara aku alami adalah poin kedua yaitu emosi sangat labil, mudah marah, gampang tersinggung dan hilang rasa sabarnya. Hamzah seperti bayi lainya membutuhkan perhatian ekstra siang dan malam, parahnya aku termasuk orang yang staminanya kurang baik sehingga saat aku sangat mengantuk aku tidak bisa langsung bangun dengan segar untuk melakukan suatu hal, padahal bayi sudah menangis minta nenen. Apalagi, Hamzah kalau nenen suka berhenti sebelum kenyang karena sangat mengantuk dan saat ia masih merasa lapar ia akan terbangun lagi dalam rentan waktu yang tidak lama. Baru setengah jam tidur, bangun lagi dan seterusnya. Itu terjadi diatas jam 12 malam, saat semua orang tidur dengan lelapnya. Kadang, saat seperti itulah aku emosi dan setelah emosi lalu merasa bersalahlah aku dan akhirnya menangis.
Lebih parahnya, aku jadi sering melamun memikirkan kata2 orang yang tertuju padaku. Kadang kata2 atau tingkah yang sepele pun menjadi masalah buatku apalagi datangnya dari orang terdekatku : suamiku. Maklum, aku masih belum mau ketika kasih sayangnya sewaktu aku hamil kini berkurang drastis dan beralih kepada Hamzah. Biarpun sempat dikasih tau bpk2 di kereta tentang hal itu, aku tetap belum terbiasa menerimanya. Hanya saja petuah bapak2 itu tidak membuatku kaget mengalami hal ini dan sedikit siap. Namun, apapun itu yang terjadi, menjadi orang tua memang perlu diuki kesabaranya dengan hal-hal seperti itu. Aku sadar, tidak selamanya aku bisa bermanja-manja karena aku sudah menjadi ibu yang seharusnya memanjakan anak dengan bijak. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar