Sebagai
makhluk sosial, kita – manusia – tentu merasa ingin adanya kita dianggap oleh
orang lain. Ini menimbulkan seseorang berpikir tentang bagaimana ia memosisikan
diri di antara panggung masyarakat itu. Seseorang kebanyakan akan mengikuti
pandangan-pandangan masyarakat yang selama ini dianggap benar. Padahal, kata
Alain de Botton, orang lain bisa saja keliru dalam kebenaran yang mereka
rumuskan. Mereka kebanyakan membenarkan apa yang menjadi common sense, dan pada
akhirnya mereka tidak mempercayai kebenaran yang sesungguhnya.
Lalu apakah kebenaran yang sesungguhnya? Ada
yang bilang, kebenaran adalah sesuatu yang tidak terdapat pertentangan lagi di
dalamnya, bersifat koheren, dan konsisten dengan pernyataan yang sebelumnya dianggap benar (sudah ada sejak
socrates). Maka bisakah disebut
kebenaran jika sesuatu dibenarkan kebanyakan orang tetapi sesuatu itu
mengandung keraguan yang sebenarnya patut dipertentangkan?
Hal itu yang seharusnya membuat kita
mereflesikan diri. Kebanyakan kita hanya mengikuti pendapat umum demi
keselamatan, supaya kita aman dari kecaman masyarakat yang memberi kritik kasar
ketika kita tidak mengikuti apa yang menjadi common sense tersebut. Beranikah kita
memperjuangkan kebenaran yang sesungguhnya meski harus menjadi berbeda?
Mari kita menilik fakta yang ada.
Jika kita lebih teliti, banyak hal dalam realita yang sebenarnya tidak mutlak
benar. Andai sesuatu itu benar menurut orang-orang, tapi sejujurnya hati itu
menolak (bukankah ini pertentangan : intuisi, wahyu, dan akal adalah sumber
kebenaran, bagaimana bisa dianggap benar jika intuisi saja menolak)Misal dalam
adat, kebiasaan masyarakat, dan lain-lain.
Masih perlukah kita bersikukuh mempertahankan jika hal itu menyimpang
dari kebenaran? Padahal, kebenaran bukanya hal yang perlu diperjuangkan ( sampai
para Nabi rela berjuang mati-matian demi menyampaikan kebenaran, sampai
Socrates memilih meminum racun untuk mempertahankan kebenarnya, sampai-sampai
agama, filsafat, dan ilmu sama-sama mencari kebenaran dalam menjalankan
fungsinya) lalu mengapakah masih harus mengagung-agungkan sesuatu yang
diragukan kebenaranya dan malah merepotkan kita dalam kehidupan ini?
Masih haruskah kita menjadi sama? Perbendaan adalah rahmat bagi alam, perbedaan adalah kenyataan yang tak bisa kita ingkari.
Mari cari tau kehidupan dari jutaan bintang-bintang, dari berjibun makhluk penghuni bumi, dari berserakanya syaraf-syaraf pembentuk diri.
bocah elek
BalasHapus