Rabu, 05 Juni 2013

Berani Berbeda?


Sebagai makhluk sosial, kita – manusia – tentu merasa ingin adanya kita dianggap oleh orang lain. Ini menimbulkan seseorang berpikir tentang bagaimana ia memosisikan diri di antara panggung masyarakat itu. Seseorang kebanyakan akan mengikuti pandangan-pandangan masyarakat yang selama ini dianggap benar. Padahal, kata Alain de Botton, orang lain bisa saja keliru dalam kebenaran yang mereka rumuskan. Mereka kebanyakan membenarkan apa yang menjadi common sense, dan pada akhirnya mereka tidak mempercayai kebenaran yang sesungguhnya.

             Lalu apakah kebenaran yang sesungguhnya? Ada yang bilang, kebenaran adalah sesuatu yang tidak terdapat pertentangan lagi di dalamnya, bersifat koheren, dan konsisten dengan pernyataan yang  sebelumnya dianggap benar (sudah ada sejak socrates).  Maka bisakah disebut kebenaran jika sesuatu dibenarkan kebanyakan orang tetapi sesuatu itu mengandung keraguan yang sebenarnya patut dipertentangkan?

            Hal itu yang seharusnya membuat kita mereflesikan diri. Kebanyakan kita hanya mengikuti pendapat umum demi keselamatan, supaya kita aman dari kecaman masyarakat yang memberi kritik kasar ketika kita tidak mengikuti apa yang menjadi common sense tersebut. Beranikah kita memperjuangkan kebenaran yang sesungguhnya meski harus menjadi berbeda?

            Mari kita menilik fakta yang ada. Jika kita lebih teliti, banyak hal dalam realita yang sebenarnya tidak mutlak benar. Andai sesuatu itu benar menurut orang-orang, tapi sejujurnya hati itu menolak (bukankah ini pertentangan : intuisi, wahyu, dan akal adalah sumber kebenaran, bagaimana bisa dianggap benar jika intuisi saja menolak)Misal dalam adat, kebiasaan masyarakat, dan lain-lain.  Masih perlukah kita bersikukuh mempertahankan jika hal itu menyimpang dari kebenaran? Padahal, kebenaran bukanya hal yang perlu diperjuangkan ( sampai para Nabi rela berjuang mati-matian demi menyampaikan kebenaran, sampai Socrates memilih meminum racun untuk mempertahankan kebenarnya, sampai-sampai agama, filsafat, dan ilmu sama-sama mencari kebenaran dalam menjalankan fungsinya) lalu mengapakah masih harus mengagung-agungkan sesuatu yang diragukan kebenaranya dan malah merepotkan kita dalam kehidupan ini? 

Masih haruskah kita menjadi sama? Perbendaan adalah rahmat bagi alam, perbedaan adalah kenyataan yang tak bisa kita ingkari.

Mari cari tau kehidupan dari jutaan bintang-bintang, dari berjibun makhluk penghuni bumi, dari berserakanya syaraf-syaraf pembentuk diri.

1 komentar: